-->

HOAX Seputar Pokemon GO : Jadilah Yahudi sampai Penyadapan GPS Indonesia oleh CIA

Hoax Pokemon Go

Akhir-akhir ini sering muncul pemberitaan mengenai permainan Pokemon Go yang dihubung-hubungkan dengan berbagai macam plot yang dimaui penulis hoax.

Misalnya tentang Pokemon Go yang artinya "Jadilah Yahudi" dalam bahasa 'Syriac', kebanyakan situs-situs muslim yang abal-abal menulisnya. Hal itu merupakan tak lebih dari cocoklogi yang dipaksakan dengan karangan yang memaksa.

Padahal, kalo mau cerdas sedikit saja, kita bisa menilik media yang menurut saya lebih netral meskipun open-source. Coba cek saja di Wikipedia
Yang kedua, adalah pemberitaan tentang Pokemon Go yang merupakan misi NWO (new world order), dikait-kaitkan dengan pemetaan wilayah negara kita yang disadap melalui teknologi AR (augmented reality) yang terdapat pada aplikasi Pokemon Go. Tak tanggung-tanggung, CIA pun dilibatkan dalam postingan tersebut. Bahkan mencatut nama Prof. Dr. Tina Afiatin, M.Si yang dituliskan sebagai dekan UGM.

Begini tulisan yang beredar:

Dari: Prof.Dr Tina Afiatin, MPsi (Dekan Fak Psikologi UGM)
Ancaman Serius dari Game Pokemon GO (BLOK) 

Dunia sedang booming injeksi "Pembodohan" bernama aplikasi game Pokemon GO (BLOK).
Tanpa disadari kaum bilderberg semakin canggih membangun perangkat "intelijen" dalam bentuk game yang terbalut teknologi interconnecting geospasial (maps) bernama Pokemon GO (BLOK)

Taukah anda mengapa saya sebut permainan ini adalah perangkat intelijen yang sengaja diciptakan untuk merekonsiliasi data citra fisik valid untuk memetakan setiap sudut wilayah negara-negara dimana para user mengaktifkannya.

Dikala satelit yang digunakan oleh google earth dan google maps tak mampu menjangkau gambaran sempurna 3 dimensi dalam sebuah wilayah, maka mereka menggagas ide baru memanfaatkan kebodohan para gamers atau gadget maniac dalam menjalankan agenda maping intelijen NWO untuk memetakan sistem pertahanan dan unit-unit vital setiap negara lewat game yang mengkoneksikan fitur kamera, maps dan data celular.

Coba bayangkan jika seluruh Pejabat, Tentara, Polisi, PNS dan masyarakat awam berbondong memainkan game Pokemon GO (BLOK) ini diwilayah kerja masing-masing..berapa banyak data valid bangunan fisik serta citra ruang yang harusnya bersifat rahasia bagi suatu pertahanan negara dapat diakses hanya karena kebodohan orang-orang itu yang seolah-olah diminta mencari binatang bernama Pokemon itu.

Hal ini mengingatkan saya pada sebuah teknik operasi intelijen yang dijalankan USA melalui eksploitasi dan analisis pencitraan dan informasi geospasial dalam menggambarkan fitur fisik dan aktivitas secara geografis di bumi atau yang mereka sebut Geospatial Intelligence.

Salah satu contoh pemanfaatan yang sangat jelas terlihat adalah pemanfaatan aplikasi geoweb seperti Google Earth dan Google Maps oleh pasukan Amerika Serikat dalam operasi penyergapan, penangkapan dan pembunuhan Osama bin Laden di rumah persembunyiannya pada tanggal 2 Mei 2011 yang lalu.

Berkat Google Maps dan Google Earth, mereka dapat mengikuti perjalanan Bin Laden mulai dari Khartoum sampai Jalalabad sampai daerah terpencil dimana ia bersembunyi lalu menemui akhir hidupnya di pakistan.
Jika hal itu baru menggunakan sistem google earth yang hanya mencitrakan bentuk datar dari atas satelit lalu bagaimana jika sistem itu semakin sempurna dengan metode yang tak diduga-diduga dapat mengumpulkan data fisik 3d faktual lewat sebuah aplikasi game.

Bayangkan jika para menteri-menteri, jenderal-jenderal, perwira-perwira tinggi Tentara/Polisi, DPR, Serta seluruh perangkat pegawai negeri sipil ikut latah memainkan game tersebut akibat "booming trend" berapa banyak rahasia data citra fisik yang bisa didapatkan gratis oleh provider game yang telah bekerjasama dengan Institusi Intelijen Dunia itu.

Oleh karena itu jangan anggap remeh sebuah teknologi berkedok entertainment dan saya harap Presiden dapat memberikan warning kepada para perangkat negara untuk tidak memainkan game tersebut dan bahkan karena berpotensi sebagai ancaman bagi pertahanan dan keamanan negara maka game itu sah untuk di bloking di Indonesia.

Mari asah terus daya nalar dan kesadaran..Teknologi pada satu sisi memang bermanfaat tapi jangan sampai anda dieksploitasi oleh Teknologi.

Tulisan di atas mendapat reaksi dari Prof. Dr.-Ing. H. Fahmi Amhar, seorang yang pernah dinobatkan sebagai ahli Geospatial termuda. Berikut bantahan Fahmi yang dikutip dari Sholihah.web.id

Pertama, saya mendapat klarifikasi dari kawan yang saya kenal baik, dan beliau telah mendengar langsung klarifikasi dari DR. Tina Afiatin, M.Psi, bahwa itu bukan tulisan beliau, beliau tidak setuju isinya, dan beliau bukan dekan Fakultas Psikologi UGM.

Sedang sebagai Profesor bidang Sistem Informasi Spasial, saya sampakan bahwa terlalu "kurang kerjaan" kalau CIA/NGA mengandalkan permainan seperti itu untuk melengkapi data spasial mereka.

Kita tidak mengingkari, bahwa ada bagian-bagian dari data Facebook, Google, Yahoo ataupun Waze yang bisa difilter dan digunakan oleh komunitas intelijen. Kalau mau lebih jauh: data sambungan telepon dan perbankan (termasuk kartu kredit) juga bisa disadap untuk keperluan intelijen. 

Namun kita tidak perlu terlalu paranoid. Cukuplah orang-orang tertentu yang memang menjadi target intelijen karena aktivitas politik atau ekonomi mereka yang lebih berhati-hati. Tentu saja mereka tidak perlu gegabah menggunakan nama asli, alamat asli, tanggal lahir asli dan sebagainya bila menggunakan software semacam itu. 

Mereka juga tidak sepatutnya berbagi data yang bersifat confidential melalui media seperti itu. Mereka bahkan disarankan tidak secara teratur menggunakan media komunikasi yang sama, agar tidak bisa dibaca pola dan jejaringnya melalui internet.

Silakan anak-anak kita bermain Pokemon Go, agar mereka bergerak di ruang terbuka. Tentunya di tempat yang terlindung, aman dari lalu lintas jalan raya, ataupun potensi bahaya lainnya.
Nah kawan, apapun informasi di dunia ini khususnya dari internet, janganlah langsung ditelan mentah-mentah. Apalagi langsung mengeshare berita yang belum jelas juntrungnya. Biasakanlah mencari second opinion. Saya teringat kata-kata Sylvester Stallone dalam sekuel Rambo, dia mengatakan "DTA! Don't trust anybody".

Baca juga: Ulama Saudi Pokemon Go Haram